Sukabumi

Tradisi Labuh Saji Ikon Syukuran Hari Nelayan Palabuhanratu

243
×

Tradisi Labuh Saji Ikon Syukuran Hari Nelayan Palabuhanratu

Sebarkan artikel ini
Prosesi Labuh Saji pada syukuran Hari Nelayan Palabuhanratu ke -63, Minggu(21/5/2023).[foto:penasukabumi/ilham]
Prosesi Labuh Saji pada syukuran Hari Nelayan Palabuhanratu ke -63, Minggu(21/5/2023).[foto:penasukabumi/ilham]

PENASUKABUMI.COM – Prosesi Labuh Saji menjadi daya tarik bagi wisatawan. Seperti halnya pada syukuran Hari Nelayan Palabuhanratu ke -63 yang telah masuk di Kharisma Event Nasional (KEN) 2023.

Pantauan penasukabumi.com , ribuan masyarakat berdesakan menaiki ratusan perahu nelayan tradisional untuk mengikuti prosesi labuh saji di tengah laut Palabuhanratu.

Tradisi Labuh Saji

Tradisi Labuh saji , yang telah ada sejak abad ke-15, merupakan warisan turun-temurun dari nelayan Palabuhanratu. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada seorang putri bernama Nyi Putri Mayangsagara, yang sangat peduli terhadap kesejahteraan nelayan di daerah tersebut.

Pada awalnya, tradisi Labuh saji melibatkan larung kepala kerbau ke laut. Namun, seiring berjalannya waktu dan kesadaran akan pentingnya pelestarian ekosistem laut, tradisi ini telah mengalami perubahan. Saat ini, nelayan Palabuhanratu melaksanakan Labuh saji dengan cara menaburkan benih ikan, bibit udang, dan anak penyu ke tengah teluk Palabuhanratu.

Perubahan ini mencerminkan komitmen nelayan Palabuhanratu untuk menjaga dan melestarikan sumber daya laut yang berlimpah, serta kesadaran akan pentingnya keberlanjutan ekosistem laut bagi kehidupan mereka. Melalui Labuh saji, mereka berharap agar kelimpahan ikan, udang, dan penyu tetap terjaga, sehingga nelayan dapat terus menggantungkan hidup mereka pada hasil laut yang melimpah di Palabuhanratu.

Sebelum prosesi labuh saji berlangsung, ada sosok putri nelayan yang di arak menggunakan kereta kuda. Setelah itu, Sang putri pun menaiki kapal utama bersama dayang-dayang atau gadis-gadis pelayan.

Keberangkatan kapal utama langsung dibuntuti perahu yang ditumpangi warga saat berangkat ke tengah laut teluk Palabuhanratu. Pasca hal itu prosesi sakral yang ada sejak abad 15 berlangsung.

Ketua DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Sukabumi, H. Dede Ola, mengatakan, dalam labuh saji menaburkan indukan lobster sebagai upaya melestarikan baby lobster alias benur. Selain bentuk ritual laut, hal ini menjadi fungsi untuk menjaga keseimbangan alam lingkungan laut.

“Tentunya hari nelayan hari ini seperti biasa setiap tahun dilaksanakan, dari mulai labuh saji, testoki dan termasuk kegiatan lainnya. Ini merupakan manipestasi rasa syukur nelayan kepada allah SWT yang telah melimpahkan rezeki untuk sektor perikanan laut,” kata Dede Ola, Minggu (21/5/2023).

Dibalik syukuran Ia menjelaskan, Hari Nelayan Palabuhanratu kini sudah masuk masuk dalam 110 Kharisma Event Nusantara (KEN) Kementerian Pariwisata Dan Ekonomi Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI.

“Begitu banyak event, akhirnya hari nelayan Palabuhanratu masuk ke event nasional. mudah – mudahan dapat terus meningkatkan event ini agar terus bisa masuk ke KEN,” ucapnya.